Thursday, June 18, 2009

Melatih kesabaran... Susyeh yaaa

Sehubungan sama judul di atas, saya mau sharing sdikit.
Saya sekarang kebetulan adalah salah satu team leader di departement di mana saya bekerja di prusahaan ini. Setelah jatuh bangun bekerja tanpa lelah demi sesuap nasi *tsaaah... lebay*, tentunya. Ini bukan jabatan yang tinggi, namun saya memiliki beberapa katakanlah anak buah di team saya.

Nah, yang saya ingin bahas di sini adalah hubungan pekerjaan saya dengan anak buah saya, yang sedikit banyak melibatkan banyak aspek di dalam diri saya, seperti kemanusiaan *tsaah.... lagi*, hati nurani, pikiran, kejiwaan, dan lainnya *mungkin sama halnya dengan mereka*...
Yang paling terasa sebenarnya adalah melatih kesabaran dan tetap memelihara hati nurani saya.
Pada dasarnya saya termasuk orang yang tidak tegaan terhadap orang lain, namun ada kalanya juga saya paksakan untuk 'tega', pada kondisi-kondisi tertentu. Misalnya waktu orang yang saya tidak tega-i itu malah menginjak-injak saya *sudah cukup sering kejadian*.
Ini yang membuat saya serba salah.

Bagaimana menjadi atasan yang baik, yang bisa mengarahkan anak buahnya dengan baik, tanpa membuat mereka menyimpan sakit hati atau merasa tersinggung kepada saya, namun juga membuat saya layak menerima respect yang pantas dari mereka. Sepertinya inilah yang sulit bagi saya.
Bagi kebanyakan orang, menjadi atasan berarti bisa memiliki kekuasaan lebih, memerintah bawahan dengan semaunya, dan juga melimpahkan tanggung jawab kepada anak buahnya *saya juga anak buah dari atasan saya tentunya*. Walaupun tidak semua atasan berpikiran demikian. Ini hanya kebiasaan yang terjadi di masyarakat pada umumnya.

Sampai sekarang saya jujur masih saja belum bisa menyeimbangkan hal tersebut. Di mana anak-anak saya seringkali memojokkan saya, menekan saya, menyuruh saya *beda dengan minta tolong*, sedangkan saya selalu terbiasa untuk meminta mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan menggunakan kata-kata yang sepantasnya *tolong, please, thanks*.

Seperti juga hubungan yang harusnya saling mendukung, malah menjadi berat sebelah. Saat ada mereka memiliki pekerjaan yang membutuhkan peran serta saya, saya akan langsung memprioritaskannya, dan menyelesaikannya secepat mungkin, karena tidak ingin menjatuhkan mereka di depan customer mereka. Namun sebaliknya, jika saya yang membutuhkan bantuan mereka untuk laporan, atau pekerjaan yang diberikan atasan saya, 1 hari 10 jam kerja pun belum tentu selesai. kalaupun selesai dalam 1 hari, pastinya sudah saya ingatkan berkali-kali *saya benci melakukan ini, kesannya cerewet ya, tapi kalau tidak ada pilihan?*.... dengan menerima berbagai alasan yang mendukung kelambanan mereka.

Inilah yang saya sebut belajar bersabar sekaligus belajar untuk lebih tegas, karena saya tetap berusaha untuk tidak meninggalkan jejak pahit di hati mereka, walaupun mereka meninggalkan jejak-jejak pahit di hati saya.
Sulit memang, karena normalnya kita tentu ingin membalas perbuatan seseorang kepada diri kita dengan setimpal atau lebih.
Yah, namanya juga belajar. Seperti sekolah, bisa naik kelas, atau justru tinggal kelas dan mengulang-ulang pelajaran yang sama :)

No comments:

Post a Comment